Rss Feed Facebook Twitter Google Plus

post:


Sabtu, 11 Februari 2012

STUDY TOUR CANDI RATU BOKO

Mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi angkatan tahun 2009 mengadakan study tour ke Candi Ratu Boko, Minggu (15/1). Acara ini merupakan bagian dari Mata Kuliah Komunikasi Islam dengan Dosen Pengampu Dr. Waryani Fajar. Tujuan dari acara ini yaitu memahami beberapa bukti sejarah Candi Ratu Boko dan mengintegerasikannya dengan beberapa versi asal mula berdirinya.
Terdapat beberapa versi sejarah asal mula candi tersebut, salah satu temuan terbaru yang merupakan hasil penelitian KH. Fahmi Basya diketahui bahwa Candi Ratu Boko merupakan kerajaan Ratu Bilqis yang dipindahkan ke Candi Borobudur. Melalui pendekatan perspektif Ilmu Matematika, ia menjelaskan beberapa bukti kesamaannya. Hal ini dapat dilihat dari luas reruntuhan candi yang hilang sama dengan salah satu bagian Candi Borobudur. Selain itu, jarak antara Candi Ratu Boko dan Candi Borobudur kurang lebih sama dengan jarak terbang burung Hud-Hud yang terdapat dalam Surat An-Naml sebagai pembawa surat dari Nabi Sulaiman kepada Ratu Bilqis.
Namun, temuan KH. Fahmi Basya tersebut dikritik oleh Dr. Waryani Fajar, penulis buku Indonesia Bukan Negeri Saba’ sekaligus dosen pengampu Mata Kuliah Komunikasi Islam. Menurutnya KH. Fahmi Basya hanya menggunakan satu perspektif keilmuan dalam menjelaskan sejarah Candi Ratu Boko. “Kita perlu menggunakan beberapa perspektif keilmuan dalam menjelaskan sejarah Candi Ratu Boko,” kata Fajar.
Candi Ratu Boko sesuai dengan sejarah yang telah dipahami sebelumnya merupakan Kerajaan Ratu Boko yang rakyatnya menyembah matahari. Kerajaan tersebut didirikan oleh dinasti Syailendra yang kemudian mengambil alih Kerjaan Mataram Hindu. Fajar menambahkan bahwa ada kemungkinan beberapa bukti yang ada di Candi Ratu Boko merupakan bagian dari berdirinya Ka’bah di Mekah sebab batuan andelit hanya ditemukan di gunung berapi. Selain itu, arsitektur Ka’bah dahulunya sama dengan arsitektur yang terdapat di salah satu dinding candi.
Fajar dalam penjelasannya mengajak mahasiswa untuk kritis dalam mengintegerasikan bukti peninggalan dengan beberapa kisah sejarah. “Mahasiswa perlu bijak dalam memahami bukti sejarah, keilmuan, maupun keislaman yang mengintegerasikannya,” tandasnya. Media Relations (Tiwie)


Share This :

0 komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

Blog Archive

Blogroll